“Siapa yang homo?”, tanya cowok itu.
Dea nyengir kuda, “Itu temen saya, Pak”
“Oh”
Dea menyikut Sella yang dari tadi anteng memandang cowok itu,“Maaf Pak, kalau saya berisik”
“Ya” lalu cowok itu beranjak pergi lagi ke tempat duduknya,”Baiklah,perkenalkan saya Tyo, accounting manager yang diutus dari kantor pusat”
“Wangi banget dia ya, De”, ucap Sella,”Cowok gw mana bisa wangi kaya gitu. Mandi aja cuma sehari sekali”
Dea tertawa cekikan, “Jorok banget cowok lu. Si Dody calon suami lu Sel?”
“Huum. Tapi gapapa deh, walo jarman alias jarang mandi, gw tetep sayang ma dia”
“Maaf, anda yang memakai kemeja ungu, ada apa ketawa? Ada yang mau anda tanyakan”, ucap Tyo.
Semua mata tertuju ke arah Dea yang masih asyik cekikikan menertawakan Sella. Dea tidak ngeh dirinya menjadi sorotan satu ruangan tersebut, setelah Sella menyikut dirinya.
”Sa-saya Pak” Dea menunjuk hidungnya.
“Ya kamu’ jawabnya lurus.
“Mmmm maaf, tadi saya mendapat SMS dari sodara saya”
“Mohon Handphone dimatikan”
“I-Iya Pak, sekali lagi maaf ” Dea menundukan kepalanya, tertunduk malu tidak tau harus bagaimana.
Akhirnya meeting selesai walau ada beberapa kesalahan yang Dea lakukan Dea sudah down duluan mengingat kesalahan-kesalahan yang dilakukan dirinya. Mungkin Tyo akan melaporkannya pada atasannya, gajinya akan dipotong atau bahkan dirinya akan dipecat.
“Mampus gw, mampusssss”, batin Dea
“”De, dipanggil Pak Ferdy”, Bian teman Dea dibagian accounting memberitahunya.
“Hah???? Mampussss, beneran mati gw”, batinnya.
Sepanjang jalan Dea membayangkan kata-kata apa yang akan dilontarkan Pak Ferdy pada dirinya. Dea mengetuk pintu ruangan Pak Ferdy. Yang bisa Dea lihat di dalam sana ada Tyo beserta dua rekannya.
“Silahkan duduk, De” ucap Pak Ferdy yang tidak biasanya ramah pada karyawannya.
“Makasih Pak”
“De, sesuai yang ditugaskan kantor pusat. Akan ada salah satu karyawan kita yang di rolling ke luar kota untuk mengurus proyek di kota tersebut”
Trus, maksud Bos apa? Kok gw sih yang dipanggil? Jangan-jangan ini hanya alasan dia mau mecat gw. Huh, ini semua gara-gara kebodohan gw. Gw harus pasrah menerimanya.
“Dan, ternyata kantor pusat menunjuk kamu sebagai karyawan yang dirolling kesana. Cukup jelas De?”
“Sa-saya Pak?” Dea shock mendengar dirinya yang ditunjuk rolling ke luar kota.
“Ya”
“Ko-kota mana Pak, maaf”
“Yogjakarta”
Dea ternganga mendengarnya. Apa dia harus menerima tawaran itu atau menolak dengan resiko pekerjaannya terancam, “Saya akan pikirkan, Pak. Soalnya takut orangtua saya tidak mengijinkan”
Pandangan Tyo hanya terfokus pada sebuah gucci merah yang berada di ruang Pak ferdy. Dulu katanya sih Pak Ferdy membelinya di china. Tapi saat salah satu Office boy melihat ternyata made in kudus. Serentak karyawan yang tau tertawa mendengar berita itu. Bos memang agak gengsi-an padahal barang-barangnya banyak produk dalam negeri. Bukan karena tidak terbeli, melainkan karena kepelitannya itu, sehingga takut uangnya terbuang hanya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting. Memang bagus sih pemikiran Pak Ferdy, tapi kalau terlalu pelit nanti bisa-bisa jadi qorun wanna be.
“Ok. Baiklah sekian pemberitahuan dari saya. Kamu boleh kembali ke ruang kerja kamu”
“Makasih Pak. permisi” Dea meninggalkan ruangan Pak Ferdy dengan setengah hati. Sepertinya dirinya tidak bisa pindah dari kota Bandung. Banyak banget kenangan di kota Bandung sejak Ia kecil sampai 22 tahun ini.
Seperti ada seseorang yang mengikutinya dibelakang, wangi parfum itu, ya dia pasti Tyo cowok dingin yang tampak blagu itu, “Selamat ya”, kali ini Tyo tersenyum pada Dea,lalu wajahnya berubah dingin kembali, ”Jangan sampai kamu salah memilih jawaban. Kesempatan tidak akan datang dua kali”
Dea membalas senyumannya, “Iya Pak, makasih telah mengingatkan”
Tyo langsung berjalan pergi begitu saja tanpa sepatah kata apapun lagi.
“Pak maaf” panggil Dea yang jaraknya sudah satu meter dari Tyo, “Kalau boleh saya tau, kenapa saya yang ditunjuk? Bukannya saya tadi banyak bersikap buruk saat meeting”
Tyo hanya tersenyum, “Sikap seseorang tidak mutlak mempengaruhi pekerjaan. Dan saya lihat hasil pekerjaan kamu cukup bagus”
“Oh” Dea tidak bisa mengatakan kata apa-apa lagi.
“Ok. See you”
Tyo memang cowok idaman setiap cewek. Pembawaannya yang kalem, elegant, dan berwibawa bisa membuat cewek-cewek takluk di depannya. Dan ternyata Tyo tidak seburuk yang Dea kira, Tyo ramah kepada karyawan dibanding Pak Ferdy yang tersenyum hanya tiga kali dalam sehari. Pagi hari saat karyawan berdatangan, siang hari saat istirahat, dan sore hari saat pulang kerja.
ÒÒÒ